Aku mau kembali.
Kemana?
Ke Kotamu..
Ke tempat di mana aku bisa menemuimu
Ke hari yang telah aku tetapkan untuk menatapmu dan
mengatakan bahwa mimpiku tak pantas untuk ku buang
Ke bawah mentari yang sama-sama kita tatap
Ke hati yang harusnya aku perjuangkan.
Kenapa?
Karena perjalananku tak pernah mengantarkanku kembali
pada diriku
Semakin aku
mengembara jauh, semakin aku membentangan jarak itu, aku semakin merasa
amat kosong
Bahkan ketika kutemui persimpangan dalam perjalanan
ini aku terbenam dalam lenggang sendirian.
Hingga aku merasa segala yang kugengam bukanlah
apa-apa, yang tak bisa ku nikmati dalam hari-hariku
Karena itu aku tak sanggup lagi melawan cinta yang tak
pernah ku mengerti
Tak sangup lagi berbohong pada jiwaku yang tak pernah
tahan untuk selalu bertanya keberadaanmu, gerakmu, hatimu, ketiadaanmu dan juga
kehilanganmu semua tentangmu!
Karena aku tak sangup melawan hatiku!!!
Bagaimana sekarang?
Selama perjalanan ini sudah banyak hal yang kuterima,
kenangan, luka, perjuangan, sukacita menemukan diriku dan menemukanmu
Meski langit tak pernah selalu biru, jalan tak
selamanya lurus, tak ada penyesalan sedikitpun
menempuh jalan ini
Bahkan ketika kesalahan berkali-kali kulakukan,
kekeliruan tak pernah luput hadir bahkan kebodohan ku berserah pada pikiran
yang senantiasa menipu.
Aku tak pernah menyesal menerimanya
Aku menganggap semua adalah konsekuensi, semua takdir,
semua hadiah Tuhan dalam memecahkan misteri ini.
Hingga di suatu titik, saat tak kuasa aku membentang
jarak, tak kuat lagi menguasai hatiku sendiri maka sampailah aku pada satu
penyesalan.
Penyesalanku bertemu dengan mu kemudian menyerahkanmu
pada lengkung waktu
Membiarkanmu ditarik gelombang lain dalam hidup.
Melepaskanmu, sembari ku susuri jarakmu
Kini, inilah aku kembali …mencoba meminta pada masa
dihadapan kita dapatkah penyesalan ini ditawar dengan pertemuan.
Sudahlah, apa kau tahu sebenarnya,
Penyesalan adalah kutukan Tuhan terhadap kebodohan
kita.
Kutukan menghampiri orang-orang yang tak berani memperjuangkan
apa yang betul diingikannya…
Kutukan untuk kau dan aku.
Meski kutahu rasanya bertahan dalam kenangan, berharap
dan membujuk waktu mengantarkan kita pada keadaan yang sama.
Waktu tak pernah memberikan kejadian yang sama dalam
hidup.
Meski aku tahu dan juga merasakan bertahan dalam dunia
yang sesak oleh manusia yang tak satupun kau inginkan. Akhirnya keramaian
membawa kita pada kesunyian. Mengantar kita pada rumah bernama hati tanpa
jendela hingga rindu bergulung seperti ingin meledak.
Meskipun kita menyediakan ruang untuk percaya.
Namun penyesalan tetaplah penyesalan
Kehilangan tetaplah kehilangan
Melepasakan tetap akan menyulitkan ketika kita ingin
mengapainya kembali…
Lalu, apapun itu kusarankan kita menghilang saja
Menghilang ditelan waktu, melebur dengan dunia, hingga
menguap kita pada takdir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar