Rabu, 23 April 2014

Menghilang Saja

Aku mau kembali.
Kemana?
Ke Kotamu..
Ke tempat di mana aku bisa menemuimu
Ke hari yang telah aku tetapkan untuk menatapmu dan mengatakan bahwa mimpiku tak pantas untuk ku buang
Ke bawah mentari yang sama-sama kita tatap
Ke hati yang harusnya aku perjuangkan.

Kenapa?
Karena perjalananku tak pernah mengantarkanku kembali pada diriku
Semakin aku  mengembara jauh, semakin aku membentangan jarak itu, aku semakin merasa amat kosong
Bahkan ketika kutemui persimpangan dalam perjalanan ini aku terbenam dalam lenggang sendirian.
Hingga aku merasa segala yang kugengam bukanlah apa-apa, yang tak bisa ku nikmati dalam hari-hariku
Karena itu aku tak sanggup lagi melawan cinta yang tak pernah ku mengerti
Tak sangup lagi berbohong pada jiwaku yang tak pernah tahan untuk selalu bertanya keberadaanmu, gerakmu, hatimu, ketiadaanmu dan juga kehilanganmu semua tentangmu!
Karena aku tak sangup melawan hatiku!!!

Bagaimana sekarang?
Selama perjalanan ini sudah banyak hal yang kuterima, kenangan, luka, perjuangan, sukacita menemukan diriku dan menemukanmu
Meski langit tak pernah selalu biru, jalan tak selamanya lurus, tak ada penyesalan sedikitpun  menempuh jalan ini
Bahkan ketika kesalahan berkali-kali kulakukan, kekeliruan tak pernah luput hadir bahkan kebodohan ku berserah pada pikiran yang senantiasa menipu.
Aku tak pernah menyesal menerimanya
Aku menganggap semua adalah konsekuensi, semua takdir, semua hadiah Tuhan dalam memecahkan misteri ini.
Hingga di suatu titik, saat tak kuasa aku membentang jarak, tak kuat lagi menguasai hatiku sendiri maka sampailah aku pada satu penyesalan.
Penyesalanku bertemu dengan mu kemudian menyerahkanmu pada lengkung waktu
Membiarkanmu ditarik gelombang lain dalam hidup. Melepaskanmu, sembari ku susuri  jarakmu
Kini, inilah aku kembali …mencoba meminta pada masa dihadapan kita dapatkah penyesalan ini ditawar dengan pertemuan.

Sudahlah, apa kau tahu sebenarnya,
Penyesalan adalah kutukan Tuhan terhadap kebodohan kita.
Kutukan menghampiri orang-orang yang tak berani memperjuangkan apa yang betul diingikannya…
Kutukan untuk kau dan aku.
Meski kutahu rasanya bertahan dalam kenangan, berharap dan membujuk waktu mengantarkan kita pada keadaan yang sama.
Waktu tak pernah memberikan kejadian yang sama dalam hidup.
Meski aku tahu dan juga merasakan bertahan dalam dunia yang sesak oleh manusia yang tak satupun kau inginkan. Akhirnya keramaian membawa kita pada kesunyian. Mengantar kita pada rumah bernama hati tanpa jendela hingga rindu bergulung seperti ingin meledak.
Meskipun kita menyediakan ruang untuk percaya.
Namun penyesalan tetaplah penyesalan
Kehilangan tetaplah kehilangan
Melepasakan tetap akan menyulitkan ketika kita ingin mengapainya kembali…
Lalu, apapun itu kusarankan kita menghilang saja
Menghilang ditelan waktu, melebur dengan dunia, hingga menguap kita pada takdir.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar